pidato tentang body shaming
Bodyshame didefiniskan oleh Kamus Cambridge sebagai "untuk mengkritik seseorang berdasarkan bentuk, ukuran, maupun penampilan tubuhnya". Body-shaming merupakan sebuah kultur yang telah lama dipraktekkan dalam masyarakat. Meskipun perlakuan tersebut dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, namun dalam praktiknya perempuan lebih sering menjadi sasaran bagi body shaming.
Ich Freue Mich Sie Persönlich Kennenlernen Zu Dürfen. Adolescence is a period where there is a change or transition from children to adults that begins at the age of 12 years and will end in the early 20s. Physical condition can be one of the differentiator in teenagers. Physical conditions can make a teenager feel afraid in social relationships. The term body shaming is intended to mock those who have a physical appearance that is considered quite different from society in shaming is one type of bullying where the individual is seen as a negative side of his physical appearance by others. Body shaming can affect adolescent self-concept. Self-concept is the way an individual sees himself as a whole. In adolescence, self-concept is an important category to reveal about his identity. The purpose of the study was to find out the description of body shaming and self-concept in students at SMK Negeri 1 Kuok in 2021. The type of research was quantitative research with descriptive analysis design. The study was conducted on July 8, 2021 with a sample of 158 students at SMK Negeri 1 Kuok using a stratified random sampling technique. Data collection using an online questionnaire. Analysis of the data used is univariate analysis. The results of univariate analysis showed that 85 respondents experienced high body shaming and 89 respondents had low self-concept. Respondents are expected to be able to further improve their self-concept by starting to love themselves to stay happy, and for respondents who experience body shaming further increase their potential. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1170 GAMBARAN KEJADIAN BODY SHAMING DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI SMKN 1 KUOK Alini 1, Langen Nidhana Meisyalla2 Program Studi Sarjana Keperawatan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai1,2 alini_09 ,alephswrok ABSTRACT Adolescence is a period where there is a change or transition from children to adults that begins at the age of 12 years and will end in the early 20s. Physical condition can be one of the differentiator in teenagers. Physical conditions can make a teenager feel afraid in social relationships. The term body shaming is intended to mock those who have a physical appearance that is considered quite different from society in shaming is one type of bullying where the individual is seen as a negative side of his physical appearance by others. Body shaming can affect adolescent self-concept. Self-concept is the way an individual sees himself as a whole. In adolescence, self-concept is an important category to reveal about his identity. The purpose of the study was to find out the description of body shaming and self-concept in students at SMK Negeri 1 Kuok in 2021. The type of research was quantitative research with descriptive analysis design. The study was conducted on July 8, 2021 with a sample of 158 students at SMK Negeri 1 Kuok using a stratified random sampling technique. Data collection using an online questionnaire. Analysis of the data used is univariate analysis. The results of univariate analysis showed that 85 respondents experienced high body shaming and 89 respondents had low self-concept. Respondents are expected to be able to further improve their self-concept by starting to love themselves to stay happy, and for respondents who experience body shaming further increase their potential. Keywords Body Shaming, Self Concept, Teen ABSTRAK Masa remaja merupakan masa dimana terdapat perubahan atau transisi dari anak-anak ke dewasa yang diawali pada usia 12 tahun dan akan berakhir pada awal 20-an tahun. Kondisi fisik bisa menjadi salah satu pembeda pada diri remaja. Kondisi fisik dapat membuat seorang remaja merasa takut dalam hubungan sosialnya. Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Body shaming termasuk salah satu jenis perundungan dimana individu lebih dilihat sisi negatif dari penampilan fisiknya oleh orang lain. Body shaming ini bisa mempengaruhi konsep diri remaja. Konsep diri merupakan cara seorang individu memandang dirinya secara utuh. Pada masa remaja konsep diri termasuk kategori penting untuk mengungkapkan tentang jati dirinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran body shaming dan konsep diri pada siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok tahun 2021. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain analisis deskriptif. Penelitian dilakukan pada tanggal 08 Juli 2021 dengan jumlah sampel 158 orang siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner online. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil analisa univariat diperoleh 85 responden 53,8% mengalami body shaming tinggi dan 89 responden 56,6% memiliki konsep diri rendah. Diharapkan responden untuk dapat lebih meningkatkan konsep dirinya dengan mulai mencintai dirinya agar tetap bahagia, dan bagi responden yang mengalami body shaming lebih meningkatkan potensi yang dimiliki. Kata Kunci Body Shaming, Konsep Diri, Remaja PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa dimana terdapat perubahan atau transisi dari anak-anak ke dewasa yang diawali pada usia 12 tahun dan akan berakhir pada awal 20-an tahun Papalia dan Olds, dalam Budiargo, 2015. Menurut Rani, dkk 2017, pada masa ini remaja memiliki tugas untuk mencari Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1171 identitas dirinya dari krisis identitas. Remaja pastinya memiliki penilaian tentang apa yang membedakannya dengan orang lain. Kondisi fisik bisa menjadi salah satu pembeda pada diri remaja. Kondisi fisik dapat membuat seorang remaja merasa takut dalam hubungan sosialnya Damarhadi dkk, 2020. Kelompok remaja kebanyakan mengucilkan remaja lainnya karena ada hal-hal yang berbeda seperti warna kulit, latar belakang, aspek berpakaian, gesture, dan selera Apriliyanti dkk, 2016. Lestary dan Liyanovitasari 2020, menyebutkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja. Perubahan yang terjadi pada remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial akan mempengaruhi remaja dengan pembentukan konsep dirinya. Selain itu, lingkungan juga menjadi salah satu pengaruh terbesar dalam pembentukan konsep diri karena pada masa ini individu lebih mudah terpengaruh. Masalah remaja dengan lingkungan menunjukkan bahwa banyak remaja yang tidak paham dengan konsep dirinya Widiarti, 2017. Konsep diri merupakan segala ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian individu yang disadari dan juga mempengaruhi individu saat berhubungan dengan orang lain Yusuf dkk, 2015. Individu mengenal dirinya melalui orang lain, seperti apa orang lain menilainya, nantinya bisa membentuk konsep diri individu. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang melihat dan menilai dirinya sendiri Rahmat, 2012. Konsep diri didapatkan melalui pengalaman pribadi, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan Yusuf dkk, 2015. Selain itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi konsep diri seseorang, seperti pola asuh orang tua, pengaruh teman sebaya, penampilan fisik, dan harga diri. Teman sebaya menjadi faktor paling berpengaruh terhadap konsep diri Saraswatia dkk, 2015. Menurut Sarwono 2016, teman sebaya bisa menjadi penyebab konsep diri negatif pada remaja. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dengan dua cara. Pertama konsep diri remaja adalah cerminan dari penilaian teman-teman tentang individunya. Kedua, individu tertekan untuk menyesuaikan ideal diri yang di akui kelompok Sarwono, 2016. Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung akan lebih ceria dan optimis dan menjadikan setiap kejadian sebagai pembelajarannya untuk menjadi lebih baik lagi Aditya & Rusmawati, 2018. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang konsep diri pada remaja yang pernah merasakan bullying verbal didapatkan bahwa jumlah remaja yang memiliki konsep diri positif dan negatif hampir seimbang, yaitu yang memiliki konsep diri positif sebanyak 51,1 % dan yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 48,9% Lestari & Liyanovitasari, 2020. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzia dan Rahmiaji pada tahun 2019 yaitu konsep diri remaja cenderung seimbang antara konsep diri negatif dan konsep diri positif. Namun hasil penelitian Serni, dkk pada tahun 2020 didapatkan bahwa remaja yang mengalami body shaming cenderung memiliki konsep diri negatif. Adanya kesenjangan dalam pembentukan konsep diri menyebabkan tindakan perundungan terus terjadi yaitu ketika ada seseorang yang memiliki kekuasaan dan seseorang yang terlihat lemah. Herdyanti & Margaretha, 2016. Kesenjangan menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri individu yaitu ketika gambaran tentang diri yang dicita-citakannya tidak sesuai dengan kenyataan dirinya Kiling, 2015. Perasaan tidak diterima oleh orang lain akan membuat konsep diri individu rendah, emosi yang tidak stabil, tidak responsif, dan memiliki pandangan yang buruk dari dunia, sebaliknya ketika individu merasa diterima oleh orang lain maka akan memunculkan perasaan bahagia, konsep diri yang lebih tinggi, stabilitas emosional dan responsiveness, dan pandangan baik dari dunia Nurliana, 2015. Semakin kuat konsep diri individu maka individu akan tetap bahagia dalam melewati segala hal dalam Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1172 hidupnya walaupun ia mengalami body shaming Pratama & Rahmasari, 2020. Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Contoh body shaming adalah penyebutan dengan gendut, pesek, cungkring, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan fisik Widagdo dalam Fauzia dan Rahmiaji, 2019. Pada tahun 2015 di Indonesia ada sebanyak 206 jumlah kasus body shaming dan semakin meningkat menjadi sebanyak 966 kasus pada tahun 2018. Pada tahun 2018 polisi bisa menyelesaikan 374 kasus body shaming dari 966 kasus yang ada, sisanya hingga saat ini kasus tersebut belum dapat terselesaikan. KPAI mencatat berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2019 sebanyak 68% kasus body shaming dilakukan oleh siswa SMK di Indonesia Pratama & Rahmasari, 2020. Berdasarkan hasil survey ZAP Clinic pada tahun 2020 didapatkan bahwa sekitar 62,2% responden mengatakan pernah menjadi korban body shaming. Responden yang berusia 13-22 tahun menjadi korban body shaming terbanyak dengan persentase yaitu 67,8%. Hasil survey yang dilakukan Putri, dkk 2018 ditemukan sebanyak 96% siswa SMA pernah menjadi korban ataupun pelaku body shaming. Sedangkan hasil survey Body Peace Resolution yang dilakukan oleh Yahoo! Health tahun 2016 menunjukkan bahwa sekitar 94% remaja perempuan mendapat perlakuan body shaming, sedangkan remaja laki-laki hanya sekitar 64%. Bentuk body shaming yang paling sering didapatkan oleh korban diantaranya yaitu fat shaming, skinny/thin shaming, rambut tubuh dan, warna kulit Wijaya dkk, 2021. Walaupun orang yang melakukan body shaming mengatakan hanya sebagai candaan saja atau kadang berniat baik agar orang tersebut menjadi lebih baik, tetapi tetap saja body shaming merupakan bentuk perundungan dan bisa mengganggu kejiwaan seseorang, seperti individu yang menyalahkan diri sendiri, benci terhadap tubuhnya, menarik diri dari lingkungan sosial, stress, depresi bahkan menyebabkan kematian Mutmainnah, 2020. Sejalan dengan hasil penelitian Fauzia dan Rahmiaji pada tahun 2019 yang mengemukakan bahwa body shaming menimbulkan body shame yaitu pikiran dan perasan negatif malu, minder, dan tidak puas tentang fisik, penampilan, citra diri individu karena tidak mampu mencapai standar ideal yang ada. Hal ini akan membuat kepercayaan diri remaja menurun, lebih sensitif serta lebih berhati-hati dalam segala hal, sensitif tentang tubuh dan makanan, menolak ajakan keluar rumah, hingga remaja yang menutup dan membatasi diri Masithoh, 2020. Pada tahun 2017, seorang siswi SMA di Kabupaten Kampar melakukan bunuh diri. Perundungan yang dilakukan teman-temannya membuat ia mengalami tekanan mental. Salah satu perundungan yang dia dapatkan yaitu perundungan fisik body shaming. Teman-temannya menyebut dirinya jelek Jose, 2017 Selain itu, body shaming juga bisa mengakibatkan individu yang mengalaminya melakukan body shaming juga pada dirinya sendiri dan orang lain Putri dkk, 2018. Pendapat ini sejalan dengan penelitian dari Fauzia dan Rahmiaji 2019 yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami body shaming juga melakukan hal yang sama pada orang lain sebagai bentuk pembelaan dirinya. Selain itu juga timbul sikap perlawanan yang memunculkan konsep body positivity atau respon positif terhadap tubuhnya, namun tidak menutup kemungkinan individu kembali merasa takut dan malu pada tubuhnya kemudian melakukan perubahan sebagai upaya pencegahan terjadinya body shaming. Perubahan yang dilakukan ini sebagai upaya untuk mencapai ideal diri bisa seperti remaja yang melakukan diet, olahraga dan sebagainya. Pada tahun 2020, seorang siswi SMK di Kabupaten Kampar bertengkar dengan siswi lainnya karena body shaming. Siswi tersebut melakukan perlawanan kepada temannya karena tidak terima diejek oleh temannya. Ia Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1173 membalas dengan body shaming juga kepada temannya dan berujung adu fisik. Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan pada tanggal 26 Februari 2021 secara acak kepada sepuluh orang pelajar di SMK N 1 Kuok tentang body shaming yang penulis angkat pada penelitian ini, ditemukan bahwa semua pelajar tersebut pernah menjadi korban dan juga pelaku body shaming. Ini menunjukkan bahwa siapapun tanpa disadari ataupun disadari pernah melakukan dan juga mendapat tindakan body shaming. Lima dari sepuluh orang pelajar pernah mendapatkan perlakuan fat/skinny shaming, tiga orang pelajar diantaranya sering di ejek jelek oleh teman-temannya dan dua orang pelajar lainnya mengaku mendapatkan body shaming karena jerawat mereka. Ketika ditanyakan lebih lanjut, beberapa mengatakan jika ia menjadi malu dengan kondisi tubuhnya. Selain itu, ditemukan juga bahwa tujuh dari sepuluh pelajar tidak mengalami trauma dan juga tidak melakukan perlawanan setelah mendapatkan perlakuan body shaming. Namun, tiga diantara sepuluh pelajar tersebut melakukan perlawanan dengan memarahi atau menegur dan membalas melakukan body shaming juga. Sembilan dari sepuluh pelajar mengatakan jika body shaming merupakan hal yang lumrah. Mereka menganggap tindakan body shaming bukanlah tindakan yang serius, melainkan hanya candaan belaka. Padahal body shaming ini sudah termasuk kedalam jenis tindakan bullying secara verbal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kejadian body shaming dan konsep diri pada remaja di SMK Negeri 1 Kuok. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan skala sebagai alat ukur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena kesehatan yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Kuok pada tanggal 08 Juli 2021. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-XI di SMK Negeri 1 Kuok yang berjumlah 262 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik stratified random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen A, merupakan instrument untuk mendapatkan data demografi, Data yang dimaksud adalah inisial siswa dan siswi, usia, jenis kelamin dan kelas. Instrumen B, merupakan instrument yang dipakai untuk mengukur kejadian body shaming, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen body shaming yang dikembangkan oleh Sari 2020 yang terdiri dari 26 item pernyataan favorable dan unfavorable. Instrumen C, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri pada remaja menggunakan Tennesee Self Concept Scale Second Edition Short Form TSCS 2nd yang dikembangkan oleh Fitts & Warren pada tahun 1996 dalam bentuk short form dan telah digunakan oleh Mochtan pada tahun 2019 yang terdiri dari 17 item pernyataan favorable dan unfavorable. HASIL Karateristik Responden Karakteristik data responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, dan usia. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1174 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 89 orang 56,3% dan sebagian responden berusia 17 tahun yaitu sebanyak 78 orang 49,4%. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel body shaming dan konsep diri. Adapun hasil analisis univariat disajikan dalam tabel berikut ini Tabel 2 Distribusi Frekuensi Body Shaming Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden mengalami body shaming yang tinggi yaitu sebanyak 85 orang 53,8%. Tabel 3Distribusi Frekuensi Konsep Diri Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden memiliki konsep diri yang rendah yaitu sebanyak 89 orang 56,6%. PEMBAHASAN Usia Pada penelitian ini, responden yang dicakup berada dalam rentang usia 15-20 tahun, dengan usia terbanyak adalah 17 tahun sekitar 78 orang 49,4% dan body shaming tertinggi dialami oleh remaja pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 41 orang 52,6%. Pada rentang usia tersebut, responden tergolong kelompok usia remaja yang sedang mengalami masa peralihan dimana responden tidak bisa dikatakan sebagai anak kecil, namu pertumbuhan fisik dan mentalnya pun belum bisa dianggap dewasa. Wijayanto & Hidayati 2021 menyebutkan bahwa pada masa ini remaja mengalami storm dan stress, dimana kerap terjadi pergolakan emosi yang labil dengan diiringi pertumbuhan fisik yang pesat serta perkembangan psikis yang sangat rentan terpengaruh oleh lingkungan. Menurut asumsi peneliti, usia remaja merupakan usia dimana individu mulai berpikir tentang siapa dirinya dan bagaimana orang lain menggambarkan dirinya. Pada masa ini remaja juga mulai memikirkan bentuk tubuhnya dan bagaimana cara mengatasi perubahan yang ada pada tubuhnya dengan melihat bentuk tubuhn orang lain, artis ataupun teman-temannya. Dari sinilah timbul perlakuan body shaming dari melihat bentuk tubuhn temannya ataupun orang lain yang dianggapnya ideal. Jenis Kelamin Gambaran karakteristik responden tentang jenis kelamin pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 89 orang 56,3%, sedangkan sisanya 69 43,7% Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1175 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan analisis penelitian ditemukan jika laki-laki mengalami body shaming tinggi lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sekitar 51 orang 57,3%. Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah siswa laki-laki di SMK Negeri 1 Kuok. Ketika mengalami body shaming siswa laki-laki cenderung akan bereaksi membalas dibandingkan perempuan. Menurut Marta 2016 perempuan lebih mudah mengahyati penilaian subjektif dibandingkan laki-laki. Sehingga perempuan lebih memilih untuk diam dan tidak membalas. Kejadian Body Shaming Body Shaming merupakan perilaku seseorang yang menghina suatu bentuk tubuh orang lain yang memiliki bentuk tubuh tidak ideal dan atau tidak seperti bentuk-bentuk tubuh pada umumnya Mutmainnah, 2020. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 158 orang responden, diperoleh bahwa sebanyak 85 orang 53,8% mengalami body shaming tinggi dan sebanyak 73 responden 46,2% mengalami body shaming yang rendah. Januarko dan Setiawati 2013 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa individu yang lemah, penurut mudah merasa cemas, kurang percaya diri, mudah dipimpin serta seseorang yang melakukan hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain cenderung menjadi korban perundungan. SEJIWA 2008, dalam Rilla, 2018 menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang bisa mengalami perundungan adalah orang yang lemah, sulit bergaul, tidak percaya diri, tidak cantik/tampan, kekurangan fisik, berbeda dengan yang lain, dan lain sebagainya. Pada masa remaja, perundungan kerap kali terjadi, seperti body shaming Hasibuan & Wulandari, 2016. Beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu teman sebaya. Beberapa remaja cenderung melakukan body shaming karena merasa dirinya lebih hebat Rilla, 2018. Peneliti berasumsi jika body shaming di SMK Negeri 1 Kuok disebabkan oleh respon yang diberikan yaitu dengan melakukan body shaming kembali kepada orang lain yang melakukan body shaming kepadanya. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Fauzia dan Rahmiaji 2019 yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami body shaming juga melakukan hal yang sama pada orang lain sebagai bentuk pembelaan dirinya. Perlawanan dengan cara seperti ini merupakan perlawanan secara negatif. Karena tindakan body shaming walaupun dianggap candaan tetap saja masuk dalam kategori perundungan. Perlawanan dari sisi positif bisa dengan cara mengintropeksi diri dan melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik lagi. Responden yang mengalami body shaming di SMK Negeri 1 Kuok ditemukan mengalami rasa malu pada dirinya sendiri. Peneliti juga menemukan jika responden juga merasa tidak percaya diri dengan dirinya dan sering membandingkan tubuhnya dengan orang lain yang menurutnya ideal. Hasil ini sejalan dengan teori dari Damanik 2018 yang menyebutkan bahwa remaja memiliki cara berpikir yang lebih abstrak dan idealistik serta banyak terjadi perubahan tubuh yang terjadi sehingga menimbulkan seseorang melakukan perbandingan tubuhnya dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa malu pada dirinya. Efek dari rasa malu pada individu yaitu individu akan cenderung untuk mengikuti apa yang orang lain katakan terkait kondisi tubuhnya sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri, tidak menarik dan tidak layak dalam kelompok sosial. Selain itu juga berdampak pada pola pikir seseorang. Body shaming menimbulkan penilaian yang buruk pada diri sendiri Hidayat dkk, 2019. Menurut asumsi peneliti, individu yang mengalami body shaming lebih banyak mengarah kepada hal yang buruk. Body shaming merupakan pengalaman individu dimana ia merasa apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan diri sendiri dan lingkungan. Hal ini menyebabkan rasa tiak percaya diri, rasa malu, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1176 ketidakpuasan pada tubuhnya. Walaupun demikian, body shaming juga bisa menyebabkan seseorang ingin memperbaiki dirinya. Konsep Diri Konsep diri adalah kesadaran individu akan identitasnya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, konsep diri responden cenderung seimbang antara konsep diri rendah yaitu 89 orang 56,3% dan konsep diri tinggi yaitu sebanyak 69 responden 43,7%. Konsep diri didapatkan dari lingkungan dan akan menimbulkan persepsi bagi individu tentang dirinya. Konsep diri merupakan segala pemikiran individu tentang aspek pada dirinya yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan oleh bagaimana pengalaman dan interaksi seseorang dengan orang lain. Nubli dkk, 2018. Konsep diri dapat dilihat dari tingkah laku yang muncul dan berkembang pada diri seseorang melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungannya sehingga dapat membentuk konsep diri yang positif atau konsep diri yang negatif. Konsep diri yang positif akan mampu mengenali dan menerima dirinya apa adanya, cenderung memiliki sifat rendah hati dan memiliki harapan yang realistis serta harga diri yang tinggi. Begitupun sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki sifat tinggi hati dan tidak percaya diri Afriyanto & Muzdalifah, 2014. Menurut asumsi peneliti, rendahnya konsep diri pada remaja disebabkan oleh lingkungannya seperti teman sebaya dan juga keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nubli, dkk 2018 yang menyebutkan jika konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah penampilak fisik, lingkungan keluarga dan juga teman sebaya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 85 responden 53,8% mengalami body shaming tinggi dan 89 responden 56,6% memiliki konsep diri rendah. Diharapkan responden untuk dapat lebih meningkatkan konsep dirinya dengan mulai mencintai dirinya agar tetap bahagia, dan bagi responden yang mengalami body shaming lebih meningkatkan potensi yang dimiliki UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh responden penelitian, Rektor, Wakil Rektor, Dekan FIK, serta Ketua LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. DAFTAR PUSTAKA Aditya, V., & Rusmawati, D. 2018. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Intensi Bullying pada Siswa SMA N 1 Purbalingga. Jurnal Empati, 7 3, 252-258. Jawa Tengah, Universitas Diponegoro. pada tanggal 05 Maret 2021. Afriyanto, B. H., & Muzdalifah, F. 2014. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying Pada Mahasiswa di Universitas X. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 59-64. article/view/5528. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Apriliyanti, A., Mudjiran, & Ridha, M. 2016. Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial Siswa. Jurnal Education Jurnal Pendidikan Indonesia, 22, 25-29. Universitas Negeri Padang. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Budiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net Generation. Jakarta PT Elex Media Komputindo Damanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma. Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1177 Diperoleh tanggal 12 Juli 2021 Damarhadi, S., Mujidin, & Prabawanti, C. Gambaran Konsep Diri Pada Siswa SMA Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin. Psikostudia Jurnal Psikologi, 9 3, 251-259. Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Mulawarman. 4392. Diperoleh pada tanggal 27 Februari 2021. Donsu, J. D. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta Pustaka Baru Press. Fauzia, T. F., & Rahmiaji, L. R. 2019. Memahami Pengalaman Body Shaming pada Remaja. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Semarang Universitas Diponegoro. article/view/24148. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Hadi, F. D., & Rusmawati, D. 2019. Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Demak. Jurnal Empati, 26-32. 24399. Diperoleh pada tanggal 13 Juli 2021 Hasibuan, R. L., & Wulandari, L. H. 2015. Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy REBT untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying. Jurnal Psikologi, 103-110. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Herdyanti, F., & Margaretha. 2016. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecendrungan Menjadi Korban Bullying pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi Undip, 15 2, 92-98. Surabaya, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. 12645/pdf. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Hidayat, R., Malfasari, E., & Herniyanti, R. 2019. Hubungan Perlakuan Body Shaming Dengan Citra Diri Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7 1, 79-86. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru. Diperoleh pada tanggal 10 Februari 2021 Januarko, W., & Setiawati, D. 2013. Studi Tentang penanganan Korban Bullying pada Siswa SMP Se-Kecamatan Trawas. Jurnal BK UNESA, 383-389. article/view/7440. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Jose, S. 2017, Agustus 2. Siswa SMAN 1 Bangkinang yang Akhiri Hidup dengan Bunuh Diri diduga Sering Diejek Jelek dan Miskin. Berita GoRiau. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Kiling, B. N., & Kiling, I. Y. 2015. Tinjauan Konsep Diri Dan Dimensinya Pada Anak Dalam Masa Kanak-Kanak Akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 12, 116-124. view/1811. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Lestari, P., & Liyanovitasari. Konsep Diri Remaja Yang Mengalami Bullying. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2 1, 40-46. Diperoleh pada tanggal 14 Februari 2021. Marta, J. 2016. Eating Behaviors Exploring the Effect of External Shame on Body Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1178 Appreciation among Portuguese young adults The Role of self-compassion. . Eating Behaviors. 174-179. gov/27816855/. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021. Masithoh, N. A. 2020. Body Shame pada Mahasiswa Generasi Milenial Di Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diperoleh pada tanggal 17 Februari 2021. Mutmainnah, A. N. 2020, Februari. Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Penghinaan Citra Tubuh Body Shaming Dalam Hukum Pidana di Indonesia. Dinamika, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 26 8, 975-987. Universitas Islam Malang. jdh/article/view/5864. Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Rineka Cipta Nubli, M. H., Marni, E., & Anggreny, Y. 2018. Hubungan Konsep Diri pada Remaja Terhadap Kemampuan Menghadapi Perilaku Bullying di SMKN 2 Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia, 51-58. JNI/article/view/7594. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021. Nurliana, Y. 2015. Konsep Diri Remaja Siswa Kelas X SMA. Psikologi dan Kemanusiaan, 440-445. Universitas Muhammadiyah Malang. https//mpsi. Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Pratama, A. S., & Rahmasari, D. 2020. Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator. Jurnal Penelitian Psikologi, 7 3, 85-94. Universitas Negeri Surabaya. Diperoleh pada tanggal 13 Maret 2021. Putri, B. A., Pranayama, A., & Sutanto, R. P. 2018. Perancangan Kampanye “ Sizter ’ s Project ” sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Journal DKV, 1, 1-9. Surabaya, Universitas Kristen Petra. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Rakhmat, J. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung PT. Remaja Rosda Karya. Rilla, E. V. 2018. Hubungan Bullying dengan Konsep Diri Remaja di SMP Negeri 5 Garut Tahun 2017. Health Sciences Journal, 116-124. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, & Arifah, S. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Remaja. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3 1, 33-38. Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta. view/97. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Wijaya , A., Kebayantini, N. L., & Aditya, I. G. 2021. Body Shaming Dan Perubahan Perilaku Sosial Korban Studi Pada Remaja Di Kota Denpasar. Jurnal Ilmiah Sosiologi Sorot. Universitas Udayana. id/ Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Wijayanto, G. A., & Hidayati, E. 2021. Konsep Diri Pada Remaja yang mengalami Bullying. Jurnal Keperawatan Silampari, 503-509. Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1179 p/JKS/article/view/1947. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Yusuf, A., K, R. F., & Nihayati, H. E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba Medika. Destia RamahardhilaSupriyono SupriyonoBody shaming is a phenomenon that is often experienced by adolescent girls, marked by actions such as giving negative comments or comments about the lack of physical form possessed by someone. The purpose of this study is to describe the impact of body shaming on the self-image of adolescent girls. The method in this study uses a qualitative approach with descriptive analysis method with data collection through interviews. The results showed that the body shaming phenomena that were often experienced in the form of fat shaming, skinny shaming, and faces were found. Body shaming has an impact on adolescent self-image, both positive self-image and negative self-image. Body shaming merupakan suatu fenomena yang kerap kali dialami oleh remaja perempuan dan ditandai dengan adanya tindakan seperti memberikan perkataan atau komentar negatif mengenai kekurangan bentuk fisik yang dimiliki oleh seseorang. Tujuan pada penelitian ini untuk mendeskripsikan mengenai dampak body shaming yang ditimbulkan pada citra diri remaja perempuan. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian ditemukan bahwa fenomena body shaming yang sering dialami berupa fat shaming, skinny shaming, dan wajah berjerawat. Body shaming memiliki dampak pada citra diri remaja baik secara citra diri positif maupun citra diri D Sukma HadiDiana RusmawatiKonsep diri merupakan gambaran seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara fisik, psikis, emosional, serta sosial yang terdapat di dalam diri individu. Konsep diri tersebut dapat dikembangkan seiring dengan cara individu bersosialisasi dengan individu lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara keharmonisan keluarga dengan konsep diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Demak. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 432 siswa dengan sampel sebanyak 206 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan skala konsep diri diperoleh 27 aitem valid dengan α = 0,878, skala keharmonisan keluarga diperoleh 38 aitem valid dengan α = 0,929. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai rxy = 0,478 dengan p = 0,000 p< 0,05, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel keharmonisan keluarga dengan konsep diri. Semakin positif keharmonisan keluarga yang diperoleh oleh individu maka semakin positif konsep diri yang terdapat dalam diri individu, sebaliknya semakin negatif keharmonisan keluarga yang diperoleh oleh individu maka semakin negatif konsep diri dalam diri individu. Keharmonisan keluarga memberikan sumbangan efektif sebesar 22,8% terhadap variabel konsep diri. Kata kunci Keharmonisan Keluarga, Konsep diri, Siswa Kelas XISuprastowo DamarhadiMujidin Mujidin Ciptasari PrabawantiKonsep diri merupakan hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Memiliki konsep diri yang baik penting dimiliki oleh setiap siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada siswa SMA X di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 40 subjek yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan yang kemudian pengumpulan data dilakukan dengan pengisian skala konsep diri model likert. Sampel dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas konsep diri pada siswa SMA X Yogyakarta berada pada kategori tinggi sebanyak 62,5% dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri laki-laki dengan perempuan. Konsep diri laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Sedangkan ditinjau melalui aspek fisiologis, psikologis, psiko-sosial, dan psiko-spiritual tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dengan LestariLiyanovitasari LiyanovitasariKonsep diri terdiri dari semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkontribusi terhadap pengetahuan diri dan mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Bullying dapat menjadikan konsep diri remaja terganggu. Tujuan penelitian untuk mengetahui konsep diri remaja yang mengalami bullying. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey deskriptif. Sampel 88 remaja yang pernah mengalami bullying. Alat ukur konsep diri dengan Tennessee Self Concept Scale TSCS. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang memiliki konsep diri yang positif sebanyak 45 responden 51,1%, sedangkan remaja yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 43 48,9%. Diharapkan adanya upaya dari masyarakat dan institusi pendidikan untuk mengatasi perilaku bullying yang dapat berdampak pada konsep diri remaja Fellianti MuzdalifahHAFIZ BIMO AFRIYANTOThis research aims to find out the influence of self-concepts towards bullying behavior among college student in “X” University. The dependent variable in this study was bullying and independent variable in this study was the self research uses quantitative methods, data were obtained by using a questionnaire. William h. Fitts 1965, whereas the scale of bullying refers to the theory of Participant Questionnaire PRQ Role of Salmivalli 1996. Data processing using Rasch modeling with the help of winstep version and hypothesis test using the SPSS version The participants of this research were 71 college students in “X” University. This research using a nonprobability sampling. The results of this research show that there was negative influences between self-concept toward bulying behavior of 23% and the remaining 77% influenced by other self-concept is manifested in things that is related to that individual. View about one’s self, self-evaluation, and expectation to one’s self form this individual self-concept. Awareness of self-concept from the view of psychology would help a good and positive self-concept. This positive self-concept would in turn develop positive behaviours and interactions in daily life. This paper discuss the concept of self-concept from psychological literatures and perspective. Dimensions, aspects, and factors of self-concept would be discussed and related to children’s situation in late childhood phase. Parents, teachers, and also the surrounding environment have important role in shaping self-concept of children. Social support and also positive behavior model from these children’s closest persons and also the community will help create positive self-concept that in turn will support the transition to teenager phase. This paper hopefully will be able to stimulate researcher to conduct further relevant research concerning children’s Hidayat Eka MalfasariRina HerniyantiPerlakuan body shaming adalah pengalaman yang di alami individu ketika kekurangan di pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari bentuk dari perlakuan body shaming bisa membentuk citra diri positif ataukah negatif dari seorang tersebut..Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan perlakuan body shaming dengan citra diri pada mahasiswa STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desian penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross- Sectional. Sampel penelititan teridiri dari 103 Mahasiswa. Metode pengambilan sample adalah purposive sampling. Penelitian ini dimulai tanggal 01-03 mei 2018. Analisis yang digunakan adalah uji statistik Chi- Square. Hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue = 0,036, hal ini berarti berarti nilai p<0,05 sehingga Ho ditolak, artinya terdapat hubungan signifikan antara perlakuan body shaming dengan citra diri pada mahasiswa STIKes Payung Negeri Pekanbaru, dan nilai OR Odds Ratio sebesar 0,343 dengan CI Confidence Interval 0,136-0,865. Rekomendasi penelititan ini adalah memberikan intervensi untuk mengurangi perlakuan body shaming pada remaja untuk meningkatkan citra diri. Kata kunci Perlakuan body shaming, Citra diri. RELATIONSHIP BETWEEN BODY SHAMING TREATMENT WITH SELF-IMAGE STUDENTS ABSTRACTThe treatment of body shaming is an experience experienced by the individual when deficiency is seen as something negative by others of his or her body shape. The effect of the body shaming treatment can form a positive self-image or negative of a person.. The purpose of this study to knowing relationship treatment of body shaming with self-image at STIKes Payung Negeri Pekanbaru students. This type of research was quantitative with the descriptions of correlation research using Cross-Sectional approach. The research sample consisted of 103 Students. with purposive sampling. Tehnique this research was started on 01-03 May 2018. The analysis used Chi-Square statistical test. The result of statistical test is p value = it means p value <0,05 so ho is rejected, it means there is a significant correlation between body shaming treatment with self image of STIKes Payung Negeri Pekanbaru student, and OR Odds Ratio value equal to with CI Confidence Interval 0,136-0,865. This research recommendation is to provide intervention to reduce the body shaming treatment in adolescents to improve self-image. Keywords Body shaming treatment, Self imageEldessa Vava RillaMaraknya perilaku bullying di sekolah menengah pertama menjadi masalah bagi remaja dalam menjalani aktivitasnya di sekolah. terlebih lagi bullying di kalangan remaja bisa berdampak buruk bagi korban, pelaku ataupun orang yang menyaksikan. Salah satunya bisa mempengaruhi pembentukan konsep diri pada remaja. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bullying dengan konsep diri di SMP Negeri 5 Garut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional dengan jumlah responden 100 siswa/siswi kelas VII dan VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja di SMP Negeri 5 Garut pernah mengalami bullying yaitu 53% dan sebagian besar remaja memiliki konsep diri positif yaitu 57%. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,020 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara bullying dengan konsep diri remaja Maka dari itu, guru harus memberikan pengetahuan tentang bullying serta mengawasi siswa agar tidak terjadi bullying yang akan berakibat pada konsep diri Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial SiswaA ApriliyantiMudjiranM RidhaApriliyanti, A., Mudjiran, & Ridha, M. 2016. Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial Siswa. Jurnal Education Jurnal Pendidikan Indonesia, 22, 25-29. Universitas Negeri Padang. Diperoleh pada tanggal 05 Maret Ala Net GenerationDian BudiargoBudiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net Generation. Jakarta PT Elex Media KomputindoDinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata DharmaT M DamanikDamanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma.
- Isu body shaming belakangan kerap menyeruak ketika seseorang atau tokoh publik penampilan tubuhnya dirisak. Perlu diketahui, mengolok-olok atau menjadikan bentuk dan ukuran tubuh seseorang sebagai bahan lelucon termasuk body shaming. Praktik seperti ini dapat meninggalkan trauma emosional yang parah dan mengganggu kesehatan mental penjelasan lebih lanjut tentang apa itu body shaming dan efek buruknya pada kesehatan mental. Baca juga Apa itu Burnout, Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Menghindarinya Apa itu body shaming? Melansir laman resmi Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders ANAD, body shaming adalah segala bentuk tindakan atau praktik menghina bentuk atau ukuran tubuh orang bullying ini dapat dilakukan orang terdekat seperti orangtua, saudara, teman, orang yang tidak dikenal, sampai komentar negatif di media sosial atau konvensional. Wujud body shaming bisa beragam. Ada yang terang-terangan mengkritik penampilan tubuh seseorang, membandingkan bentuk dan ukuran tubuh dengan orang lain, dan sebagainya. Terlepas dari wujudnya, body shaming bisa muncul dan terus langgeng lantaran konsep semu citra tubuh yang ideal. Baca juga Kenali Apa itu Fobia, Gejala, Penyebab, Cara Mengatasinya Selama ini kadung muncul konsep orang cantik atau tampan itu memiliki bobot dan tinggi tubuh tertentu, kulit yang cerah dan mulus tanpa jerawat atau noda, rambut harus lurus, dan sebagainya. Kondisi toksik itu turut mendorong sejumlah orang, terutama anak muda untuk berupaya mati-matian mewujudkan tampilan ideal a la konsep semu citra tubuh ideal tersebut.
maraknya tindakan body shaming atau penghujatan / penghinaan mengenai tubuh seseorang membuat kami, mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan Bandung melakukan riset mengenai body shaming dan hubungannya dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAH BODY SHAMING MEDIA SOSIAL MENENTUKAN STANDAR PENAMPILAN MASA KINI PROYEK AKHIR LOGIKA KELAS KC DISUSUN OLEH Kalvin Fernando Wira Wijaya 2017410123 Verren Vabriani Rahardjo 6042001023 Irene Angelina 6042001088 I Dewa Ayu Dyah Rani Apsarini 6042001136 Andrew Omega Miracle Taroreh 6052001246 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2021 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan 3 BAB II PEMBAHASAN 4 Pengertian Body Shaming 4 Dampak Kemajuan Teknologi terhadap Tindakan Body Shaming 5 Penyebab Body Shaming 7 Dampak Body Shaming terhadap Kesehatan Mental Korban 9 BAB III PENUTUP 11 Kesimpulan 11 Saran 11 Daftar Pustaka 13 LAMPIRAN 14 Hasil Wawancara dengan narasumber 14 Data Gender Responden 15 Data Media Sosial Yang Digunakan Responden 15 Pengetahuan Responden Mengenai Body Shaming 16 Hasil Survey Pertanyaan Terbuka 16 Biodata Penulis 17 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi berkat dan rahmat sehingga kami bisa menyelesaikan tugas akhir mata kuliah logika dengan judul “Body Shaming Media Sosial Menentukan Standar Penampilan masa kini” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini karena kami merasa miris dengan kejamnya dunia maya dengan semakin majunya perkembangan dan kemudahan penggunaan teknologi tetapi bukannya berdampak baik dan saling membangun antar pengguna / netizen, media sosial malah menjadi seperti media untuk mencibir, mencela, dan saling menjatuhkan pihak lain bila tidak sesuai dengan standar dari pihak pelaku. Korban pun juga tidak bisa berbuat banyak seakan-akan mereka pantas menerima kalimat-kalimat kejam yang dilontarkan netizen. Banyaknya peristiwa body shaming yang terjadi di lingkungan sekitar kami membuat kami tergerak untuk mengambil topik ini guna meluruskan pandangan masyarakat dalam menilai sesamanya. Dalam penelitian sederhana ini, kami juga melakukan survey untuk mengetahui seberapa banyak orang yang pernah melakukan bahkan menjadi korban body shaming. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Thomson Radesman Lingga selaku dosen mata kuliah logika kelas KC yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tidak lupa juga kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan dan pengalamannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna sebagai acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membawa dampak yang positif serta manfaat bagi seluruh pembaca sehingga dapat meningkatkan pengawasan dan ilmu pembaca. Kami juga berharap agar dengan adanya makalah ini tindakan body shaming bisa lebih dihindari. i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global seperti sekarang ini, teknologi yang berkembang pesat membuat kita semakin mudah memperoleh informasi secara cepat dan dapat mengikuti perkembangannya. Media adalah semacam perantara pesan dikirim dan dikembalikan oleh sumber dan penerima Yasir, 2011116. Media sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi di dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pesatnya perkembangan jejaring sosial media seolah membawa trend baru pada masyarakat sebagai ajang untuk melakukan penindasan secara online yang sering disebut dengan cyberbullying.Cyberbullyingadalah bentuk atau jenis intimidasi yang dilakukan pelaku dengan tujuan melecehkan atau mempermalukan korban melalui perangkat teknologi Breguet 2007. Serangan cyberbullyingpada korban dapat berupa pesan atau gambar yang mengganggu dan disebarkan yang secara langsung atau tidak langsung mempermalukan korban bagi orang lain yang melihatnya. Cyberbullyingatau kekerasan dunia maya ternyata relatif lebih berdampak negatif jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Akibat yang ditimbulkan sering kali berawal dari tekanan mental yang sering dianggap remeh korban maupun sekitarnya. Korban cyberbullying sering kali mengalami depresi, merasa terisolasi, dan tidak berdaya ketika mendapat perlakuan cyberbullying. Dari sinilah muncul perspektif terhadap standarisasi tubuh dan penampilan ideal. Perspektif ini dapat menstimulasi perilaku seseorang berdasarkan standarisasi yang ada. Hal ini membuat seseorang membandingkan penampilan dirinya dengan penampilan orang lain yang disebut body shame.Body shame merupakan penilaian individu akan tubuhnya yang memunculkan perasaan bahwa tubuhnya memalukan yang disebabkan penilaian dirinya dan orang lain tidak sesuai dengan tubuhnya Damanik, 201814 yang dilandasi dengan standarisasi penampilan ideal yang mulai mengubah pola pikir masyarakat. 1 Oleh karena itu muncullah tindakan body shaming pada media sosial. Body shaming sendiri adalah tindakan mencela atau menjatuhkan orang lain berdasarkan penampilan fisik mereka. Hal ini bisa dibilang sudah marak terjadi di lingkungan sekitar kita khususnya di media sosial. Banyak orang yang mencela, mengejek, berkomentar negatif berdasar dengan bagaimana penampilan dan bentuk tubuh. Tidak sedikit para pengguna media sosial melakukan body shaming dengan alasan yang tidak logis misal, hanya sekadar iseng, menjahili, atau mungkin rasa tidak suka, dan masih banyak lagi. Tanpa rasa bersalah mereka melakukan tindakan body shaming dengan berbagai alasan subjektif dan tidak masuk akal. Sebelum adanya kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, body shaming berawal dari perilaku di kehidupan sehari-hari. Contoh nyatanya pernah terjadi di sekitar kami yang juga mendasari kami melakukan penelitian ini. Kisah dari salah satu pengalaman teman kami yang menjadi korban dari body shamingpada masa sekolahnya. Teman kami yang berinisial “S” adalah seorang perempuan yang mendapat ejekan atas bentuk tubuh yang ia miliki. Orang-orang mencibirnya karena menganggap dirinya gemuk dan berjerawat sehingga “S” dikucilkan dan tidak memiliki teman. Kejadian tersebut berpengaruh besar pada kondisi psikisnya hingga 4 tahun, dimana teman kami merasa rendah diri dan berpikir bahwa ia tidak pantas untuk memiliki teman karena merasa dirinya tidak sesuai dengan “standar penampilan” tersebut. Namun karena dukungan dari orang-orang terdekatnya, ia memutuskan untuk bangkit dari keterpurukan dan menerima yang ia miliki sekarang apa adanya. Dengan adanya kemajuan teknologi, tindakan body shamingsemakin rentan terjadi. Perilaku body shaming seolah-olah menjadi hal yang lazim untuk dilakukan oleh pengguna media sosial. Tanpa memikirkan akibat dari ucapan mereka, dengan seenaknya mereka menyuarakan kalimat dan komentar yang tidak pantas kepada suatu pihak, yang tanpa disadari dapat berdampak serius pada mental korban. 2 B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari body shaming? 2. Apa dampak kemajuan teknologi pada tindakan body shaming? 3. Apa faktor yang mendasari seseorang melakukan body shaming? 4. Bagaimana dampak body shaming pada kesehatan mental korban? C. Tujuan Selain untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Logika, berikut adalah beberapa tujuan dari penulisan makalah ini jika ditinjau dari rumusan masalah di atas 1. Untuk memahami definisi body shaming. 2. Untuk mengetahui dampak kemajuan teknologi pada tindakan body shaming. 3. Untuk mengetahui penyebab seseorang melakukan body shaming. 4. Untuk mengetahui dampak body shaming bagi kesehatan mental korban. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Body Shaming Sebagian orang mungkin tidak asing dengan body shaming. Body shaming belakangan menjadi hal yang marak terjadi di media sosial. Body Shaming sendiri berasal dari Bahasa Inggris yang terdiri dari kata Body yang artinya tubuh dan Shaming yang artinya malu atau mempermalukan. Dimana secara umum body shaming adalah bentuk dari tindakan mengomentari fisik, penampilan, atau citra diri seseorang Chaplin, 2005129. Body shaming dapat terjadi pada siapapun tanpa mengenal usia, bentuk tubuh, warna kulit tertentu dan bisa terjadi dimana saja, sehingga korban maupun pelaku berasal dari beragam latar belakang dan jenis kelamin. Body shaming dapat berupa verbal maupun non verbal. Body shamingyang terjadi secara intens dapat meningkatkan resiko terjadinya dysmorphic disorder pada korban Lestari, 2018. Dysmorphic disordersendiri memiliki pengertian gangguan mental dengan rasa cemas yang berlebihan terhadap kelemahan / kekurangan dari penampilan fisik diri sendiri. Dysmorphic disorder berpeluang lebih besar terjadi bila ada pemicu dari lingkungan eksternal, dalam kasus ini disebabkan karena adanya hujatan atau komentar negatif pada bentuk tubuh. Beberapa waktu lalu isu mengenai pidana bagi pelaku body shaming di media sosial terus menghiasi trending topic media massa. Sesuai dengan data yang kami peroleh, terdapat unggahan dengan tagar body shaming pada aplikasi Instagram bodyshaming diakses pada tanggal 9 Januari 2021. Pada tahun 2018, polisi telah menerima 966 kasus tentang penghinaan fisik di seluruh Indonesia dan terus berkembang hingga saat ini. Body shaming tidak hanya berfokus pada fat shaming, skinny shaming,atau short shaming, atau bentuk body shamingpada bagian tertentu, tetapi body shaming kini mencakup segala aspek tubuh yang dapat dilihat oleh orang lain. Dalam hal ini, aspek yang dimaksudkan adalah seluruh bagian tubuh yang meliputi warna kulit, bentuk tubuh, bentuk muka, jenis rambut, dan bagian lainnya. Tindakan ini membuat seakan-akan gaya hidup masyarakat saat ini berubah menjadi sesuatu yang bersifat publik dan pantas untuk dikonsumsi oleh pengguna lain bahkan dikomentari dengan seenaknya. Perilaku body shamingmembuktikan bahwa kemajuan teknologi yang terus berkembang seringkali disalahgunakan oleh sebagian orang. Pelaku sering kali tidak sadar telah melakukan body shaming karena dianggap hal yang biasa untuk dilakukan dan hanya sebagai bahan candaan. Sedangkan para korban akan lebih memperhatikan citra mereka dan menjadikan tubuh mereka sebagai objek. Body shaming juga akan berdampak besar pada body image atau citra tubuh dan dampak-dampak psikis lainnya. 4 B. Dampak Kemajuan Teknologi terhadap Tindakan Body Shaming Kemajuan teknologi pada zaman milenial ini tentu sangat pesat dan tidak akan pernah berhenti untuk terus berkembang. Namun semakin berkembangnya teknologi, media sosial malah digunakan untuk melakukan tindakan tidak terpuji, mulai dari konten yang tidak pantas, saling menjatuhkan orang bahkan kejahatan sekalipun. Tanpa disadari pengguna media sosial cenderung lebih mudah melakukan kejahatan di dunia maya atau cyberbullying. Sebagian besar pengguna media sosial pasti pernah melakukan atau mengalami cyberbullyingatau kejahatan media sosial lainnya termasuk body shaming. Berdasarkan survey yang sudah kami lakukan, media sosial yang paling sering digunakan saat ini adalah Instagram. Dimana Instagram adalah suatu wadah yang memberikan fasilitas untuk mengunggah foto maupun video kita yang bisa dilihat dan dikomentari oleh seluruh pengikut akun atau bahkan secara global. Sayangnya banyak orang menggunakan akun Instagram palsu untuk menghujat orang lain yang tanpa mereka sadari mereka telah melakukan body shaming. Hal ini bisa saja terjadi karena identitas mereka yang dapat disembunyikan atau dipalsukan sehingga orang tidak perlu takut akan dilaporkan atas tindakannya karena identitas asli mereka yang tidak terungkap. Banyak sekali kasus cyberbullying seperti body shaming yang marak terjadi belakangan ini. Tidak hanya pada Instagram saja, berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, media sosial yang paling sering digunakan kedua adalah Tiktok. Tiktok merupakan aplikasi buatan China yang dapat membagikan berbagai macam video yang juga dapat dikomentari maupun disukai oleh semua orang. Tidak sedikit pengguna tiktok yang menggunakan nama palsu untuk menutupi identitas aslinya dan melakukan body shaming melalui kolom komentar. Tindakan body shamingini tidak hanya terjadi pada orang Indonesia, tetapi ada juga orang Indonesia yang melakukan body shaming terhadap orang dari luar negeri yang bahkan belum pernah mereka temui atau kenal. Mulai dari cara menari, bentuk tubuh, bentuk wajah, cara bernyanyi, dan masih banyak lagi yang dikomentari karena “tidak ideal” menurut para pelaku atau hanya karena ingin di-notice oleh artisnya, dalam arti lain mereka menghujat / mengomentari hal-hal negatif akan tetapi sebenarnya mereka merupakan penggemar berat yang ingin dikenal oleh idolanya. Sesuai dengan data yang telah kami peroleh melalui survey, sebanyak 30 dari 45 orang pernah mengalami body shaming.Body shaming seakan telah menjadi “tren” masyarakat Indonesia. Tidak hanya terjadi pada kalangan artis dan orang-orang terkenal, body shaming juga dapat terjadi pada kalangan remaja hingga pada orang dewasa. Derasnya arus komunikasi pada dunia maya, membuat orang semakin mudah memperoleh pengaruh negatif mengenai dirinya hanya dengan membaca kolom komentar. Pengaruh ini akan berdampak pada tingkat kepercayaan diri maupun kesehatan jasmani bahkan mental seseorang. 5 Namun berkembangnya zaman tidak selalu membawa dampak negatif saja, pemerintah pun terus mengembangkan peraturan tegas agar cyberbullying seperti body shaming yang bahkan dapat dijumpai pada kalangan remaja tidak dilakukan lagi. Indonesia sudah memiliki sejumlah aturan yang mengatur perilaku pengguna internet seperti UU Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kemudian beberapa ketentuannya diubah dalam UU Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Tidak sedikit juga lembaga-lembaga yang didirikan untuk mencegah cyberbullying dan body shaming terjadi, seperti Ditch The Label. Ditch The Label adalah sebuah badan amal anti-bullying, yang didedikasikan untuk mempromosikan kesetaraan dan memberikan dukungan kepada kaum muda yang telah terpengaruh secara negatif oleh intimidasi dan prasangka. Ada juga komunitas anti-bullying yang didirikan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kasus bullying di Indonesia yang bernama Sudah Dong. Body shaming juga membawa dampak positif, yaitu munculnya istilah body positivity.Body positivitymerupakan bentuk apresiasi manusia terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya serta bagaimana mereka menerima bentuk tubuh dengan apa adanya. Istilah tersebut kini menjadi sebuah gerakan sosial yang mendorong agar semua orang memiliki penilaian yang positif mengenai tubuh mereka, menerima bentuk tubuh mereka sendiri dan juga tubuh orang lain tanpa ada pandangan yang menghakimi. Pada zaman milenial seperti sekarang ini juga dapat membuat para korban dengan mudah speak up/ berani berbagi pengalaman atau cerita mereka pada pengguna media sosial agar tidak semakin banyak korban yang merasa terkucilkan. Tentu hal ini akan berdampak positif bagi para korban body shaming agar korban lainnya tidak terus terpuruk dan bisa segera bangkit dari keterpurukannya. Hal tersebut juga dapat menyadarkan banyak orang bahwa body shaming dapat memberi dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan mental para korban. 6 C. Penyebab Body Shaming Semua tindakan yang dilakukan manusia pasti memiliki sebab akibat. Faktor yang mendasari seseorang untuk melakukan body shaming bisa sangat beragam dan luas. Adapun salah satu faktor yang mendasari seseorang melakukan body shaming berdasarkan hasil survey kami adalah penyalahgunaan hak kebebasan untuk berpendapat khususnya pada media sosial. Banyak sekali orang yang berpikir bahwa di dalam media sosial bebas melakukan apapun, sehingga mereka dapat melakukan body shamingyang tanpa sadar menyakiti perasaan orang lain. Sebagai contoh, “eh gendutan ya? Hamil ya?”, “perasaan muka kamu iteman deh”, “kamu pendek banget sih”, dan masih banyak lagi. Persepsi manusia yang keliru mengenai bentuk fisik dapat memicu adanya standar-standar penampilan idealistis yang telah tertanam di dalam pikiran masyarakat tentang penampilan ini akan sangat berpengaruh bagi mereka yang berkeinginan untuk mengikuti standar yang ada namun tidak mampu memenuhinya yang dapat memicu tekanan tersendiri bagi orang tersebut. Kasus serupa juga terjadi dengan alasan hanya untuk bahan bercanda. Sering kali body shaming dianggap sebagai lelucon atau bahan tawaan semata yang tanpa kita sadari menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain. Sikap tersebut disebut ketidakpekaan sosial dimana kita merasa abai terhadap perasaan orang lain yang mungkin menjadi sedih atau sakit hati karena tubuhnya dijadikan bahan lelucon atau candaan. “Baperan banget sih, kita kan bercanda”, sebagian orang menjadi takut untuk mengekspresikan perasaannya karena takut dianggap terlalu baperan atau dengan kata lain terlalu dimasukkan hati. Tentu saja pemikiran seperti ini salah besar dan hanya memperparah situasi. Pelaku jadi menganggap remeh tindakannya, tidak menyesali perbuatannya, tidak merasa bersalah dan kemungkinan besar untuk mengulangi tindakannya lagi. Selain menyalahgunakan hak berpendapat dan bercanda, faktor yang dapat mendasari seseorang melakukan body shaming lainnya adalah sebagai bentuk untuk mengintimidasi orang lain sehingga dapat menjatuhkan mental korban. Hal ini banyak dialami oleh para artis pada media sosial mereka. Banyak orang yang menunjukkan ketidaksukaannya dengan membuat akun palsu untuk melakukan body shaming, bisa dengan memberikan komentar negatif, menyebarkan isu-isu yang tidak benar, seperti operasi plastik, implan, dan masih banyak lagi. Ada pula yang melakukan body shaming untuk menutupi rasa rendah dirinya sehingga menghina fisik orang lain. Hal tersebut tentu sangat berbahaya, karena bila dibiarkan akan semakin tidak puas pada dirinya sendiri. Korban yang pernah mengalami body shamingdan tidak ditanggapi secara positif oleh lingkungan sekitar, malah berpotensi lebih besar untuk menjadi pelaku di masa yang akan datang. 7 Faktor-faktor lainnya adalah adanya masalah keluarga, depresi, atau trauma. Dilansir dari riset yang dilakukan oleh BBC pada tahun 2016, sepertiga pelaku cyberbullying dan body shaming jarang melakukan interaksi dengan keluarga. Sejumlah responden juga mengatakan mereka melihat pertengkaran di dalam rumahnya setiap hari. Selain faktor keluarga, ada juga faktor pertemanan. Sebagian remaja menganggap hal seperti cyberbullying, maupun bullying adalah hal yang keren dan wajar. Sehingga para pelaku akan merasa hebat karena dapat mendiskriminasi orang lain dan merasa memiliki teman yang bisa mendukungnya. 8 D. Dampak Body Shaming terhadap Kesehatan Mental Korban Dampak body shaming tentu lebih luas lagi. Dampak yang diterima juga tergantung bagaimana korban menanggapi komentar-komentar negatif tersebut. Dampak dari body shaming sangat berbahaya karena dapat bersifat jangka panjang bagi hidup korban dan dapat berdampak pada hidup korban sepenuhnya. Body shaming juga dapat memberi dampak positif bagi para korban. Body shaming berpotensi membuat seseorang atau korban melakukan self-objectification.Self-objectification adalah keadaan dimana seseorang memandang dirinya sebagai sebuah objek atau menilai diri sendiri hanya berdasarkan penampilan mereka. Kecenderungan untuk melakukan self-objectification ini dapat menimbulkan perasaan malu atas diri sendiri atau kecemasan berlebih terhadap bentuk atau ukuran tubuh. Orang-orang yang tidak dapat menerima perlakuan body shaming akan cenderung merasa ada yang salah dalam dirinya dan merasa tidak kompeten untuk melakukan sesuatu karena rendahnya rasa kepercayaan atas diri sendiri atau insecure. Secara umum, dampak lain dari body shaming terhadap kesehatan mental adalah berkurangnya tingkat kepercayaan diri. Hal tersebut akan membuat korban merasa tidak layak untuk melakukan sesuatu atau merasa bahwa dirinya tidak berharga. Padahal kita sebagai pengguna media sosial tidak tahu apa yang sebenarnya pengguna lain atau korban alami, mungkin saja mereka sedang berusaha menerima dirinya sendiri, ataupun mereka sedang berusaha untuk membuat dirinya lebih baik, dll. Tentunya karena ada faktor-faktor pribadi tersebut, cibiran atau hujatan di media sosial dapat lebih memberi pengaruh pada kesehatan mental korban yang belum kuat atau belum terbiasa mengalami hal tersebut. Berdasarkan data yang kami peroleh, body shaming seringkali berdampak lebih besar terhadap kaum hawa dibandingkan kaum adam. Dampaknya akan terlihat sangat jelas yaitu wanita akan cenderung lebih memperhatikan fisiknya serta mengikuti trend yang sedang boomingbukan karena mereka menyukainya, melainkan hanya untuk menghindari komentar negatif yang akan ditujukan kepada dirinya. Sehingga ia memilih untuk berpenampilan tidak dengan rasa nyaman akan tetapi agar dapat memenuhi standar yang ada. Sedangkan hasil survey yang telah dilakukan, dampak lain dari body shaming adalah menjadi sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain, sehingga korban akan merasa minder dan tidak bisa bersosialisasi atau bergaul dengan orang lain, ia cenderung lebih memilih untuk menyendiri. Korban juga menjadi tidak bersyukur atas apa yang mereka miliki dan selalu merasa rendah diri yang apabila berlangsung secara terus menerus akan memicu keputusasaan dan tidak semangat menjalani hidup lagi. Tidak jarang hal ini dapat memunculkan pemikiran untuk bunuh diri. 9 Namun ada sebagian orang yang berpikir bahwa dampak terhadap kesehatan mental sesuai dengan bagaimana korban menanggapi komentar negatif yang dilontarkan. Apabila korban dapat menyaring komentar yang ditujukan kepadanya, hanya mengambil sisi positifnya dan tetap menerima diri mereka apa adanya pasti tindakan body shamingtidak akan berdampak besar pada kesehatan mental korban. Semuanya kembali lagi pada tanggapan kita sendiri terhadap komentar negatif tersebut. Namun tetap saja body shaming termasuk dalam cyberbullyingyang tidak seharusnya untuk dilakukan ataupun dialami semua orang. Selain dampak negatif dari body shaming, sejumlah penelitian yang dilakukan oleh Hasmalawati 2017, Vialini 2014, dan Chairiah 2012 mengatakan bahwa hubungan body shaming dan body image dapat merubah pola makan korban untuk mendapatkan tubuh ideal sesuai dengan “standar” yang ada. Bila seseorang menginginkan tubuh ideal, maka orang tersebut akan memiliki pola makan yang lebih sehat Chairiah 2012. Hasmalawati 2017 menunjukkan bahwa citra tubuh seseorang sangat berpengaruh terhadap penerimaan diri. Artinya, semakin baik citra tubuh seseorang, maka semakin tinggi penerimaan diri seseorang terhadap dirinya. Sedangkan Vialini 2014 melihat aspek bentuk tubuh namun pada orang yang mengalami obesitas yang menunjukkan bahwa tubuh ideal diartikan sebagai tubuh yang memberi kenyamanan pada diri sendiri, tidak peduli orang tersebut gemuk atau kurus. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembahasan yang kami susun memaparkan bagaimana kemajuan teknologi memicu terjadinya kejahatan onlineyaitu cyberbullyingdapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Bila digunakan dengan sembrono dan tidak bijak, maka kehadiran media sosial ditengah masyarakat dapat berakibat fatal dan berdampak negatif dalam keberlangsungan hidup seseorang. Sesuai dengan topik kami, tindakan yang kami kategorikan sebagai tindakan sembrono dan tidak bijak adalah body shaming.Body shaming adalah tindakan mempermalukan atau mencibir bentuk fisik orang lain. Persepsi mengenai “standar penampilan ideal” menciptakan pola pikir masyarakat mengenai sesamanya terlebih khususnya dalam hal penampilan dan bentuk fisik seseorang, terutama dalam media sosial. Tubuh seseorang seolah-olah layak untuk dinilai dan dikomentari orang lain bahkan dilarang oleh orang lain karena adanya standar tersebut. Tindakan ini dapat dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang mendorong pelaku untuk melakukan tindakanbody shaming. Bila tidak ditangani secara tegas, para perilaku ini dapat menyebabkan dampak yang serius bagi korbannya. Dampak yang sering dialami oleh korban seringkali adalah dampak pada kesehatan mental mereka yang akan terus terkikis oleh hujatan yang mereka terima dari media sosial baik secara verbal maupun nonverbal. Dampak ini harus segera ditangani dan diatasi dengan benar agar tidak terjadi akibat negatif pada jangka panjang. Body shaming yang dilakukan terus menerus oleh seseorang / sekelompok orang menjadi salah satu bentuk melecehkan orang lain Clarke & Kiselica, 1997 dalam Xin Ma. B. Saran Bila dilihat dari pembahasan yang telah kami paparkan, dampak negatif body shaming dapat membawa pengaruh buruk pada mental korban dan para pelaku yang tidak mengetahui bahwa yang dilakukannya adalah salah. Tentunya sebagai pengguna media sosial kita semua harus mencegah tindakan ini agar tidak terjadi lagi kepada siapapun. Setiap orang itu unik dan memiliki ciri khasnya masing-masing, tidak ada standar yang dapat menjadi tolak ukur dalam hal berpenampilan seseorang apalagi di dunia maya yang belum tentu pengguna lain mengenal kita secara akrab. Maka untuk mencegah tindakan body shaming, semua pengguna harus menggunakan media sosial dengan bijak dan penuh rasa tanggung jawab. Sebagai pengguna media sosial kita harus berhati-hati dengan apa yang kita suarakan, apakah hal tersebut akan menyakiti atau menyinggung pihak lain atau tidak serta mempertimbangkan penggunaan media sosial karena di Indonesia sudah banyak aturan hukum yang mengatur mengenai ITE. Sebagai pengguna media sosial, kita juga harus meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan di sekitar kita dan tidak bertindak seenaknya saja. Sebaiknya kita menyuarakan hal-hal positif yang patut didengar orang lain dan dapat memberikan 11 motivasi ataupun semangat bagi mereka daripada menyebarkan hal-hal negatif yang juga tidak membawa benefit atau kepentingan bagi orang lain maupun kepada diri kita sendiri. Tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan berani menyuarakan bahwa tindakan body shaming adalah hal salah yang bisa jadi kita tidak menyadari kita telah melakukannya. Kita harus bisa mengedukasi pengguna media sosial agar bijak dalam menggunakan media sosial. Selain itu, cara ampuh untuk mencegah dampak body shamingdan cyberbullying adalah dimulai dari diri kita sendiri, dimana kita harus mencintai diri kita sendiri dan menerima segala kekurangan yang ada pada diri kita. Sehingga kita dapat menerima dan menghargai setiap perbedaan baik diri sendiri atau sesama kita. Dengan begitu, persepsi atau pemikiran tentang “standar penampilan ideal” pun dapat kita hilangkan karena perbedaan dan keragaman itu sangatlah indah. 12 Daftar Pustaka 13 LAMPIRAN Hasil Wawancara dengan narasumber 14 Data Gender Responden Data Media Sosial Yang Digunakan Responden 15 Pengetahuan Responden Mengenai Body Shaming Hasil Survey Pertanyaan Terbuka Hasil akan kami lampirkan melalui email dengan file berupa pdf. 16 Biodata Penulis Nama Kalvin Fernando Tempat, tanggal lahir Bandung, 9 Agustus 1998 Asal Bandung, Jawa Barat Status Mahasiswa Nama Andrew Omega Miracle Taroreh Tempat, tanggal lahir Manokwari, 11 juli 2001 Asal Manado, Polewali Mandar Status Mahasiswa Nama Verren Vebriani Rahardjo Tempat, tanggal lahir Semarang, 15 Februari 2002 Asal Semarang, Jawa Tengah Status Mahasiswa Nama Irene Angelina Tempat, tanggal lahir Bandung, 2 Agustus 2002 Asal Bandung, Jawa Barat Status Mahasiswa Nama I Dewa Ayu Dyah Rani Apsarini Tempat, tanggal lahir Denpasar, 26 Februari 2002 Asal Denpasar, Bali Status Mahasiswa 17 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Laia8 Abdbta Zd`vda AedputrdLf. Aoskl8 7 tdnaMk`as8 4H Zfsda` Ikeda pul Haed Xfla Lyaial Oand Wk`amu Ofey Zcaidln Assa`aiua`admui ^araciatu``ac ^ skhactkra oand mdta iard`ac mdta palhatmal puha eal puhd syumur mkcaedrat A``acZ^U yaln tk`ac ikiokrdmal mdta okrmac, raciat, eal ldmiat saipad ektdm iard`ac mdta tuhumal scf`awat eal sa`ai mkpaea laod mdta yadtu LaodIucaiiae ZA^.Caedrdl yaln okroacanda,Ed mkskipatal dld, saya amal ikioacas tkltaln ou``yln. Ou``yln aea`aciasa`ac lyata yaln tdeam odsa edpalealn f`kc skok`ac iata. Uam calya ed euldalyata, eulda iaya pul mdld skpkrtd sueac iklhaed zfla lyaial oand ikrkmaultum ikiou``y skskfraln, wa`aupul ikrkma calya iklnalnnap dld skoanad oacal jaleaal ok`ama. Uktapd, okrokea eklnal skskfraln yaln edhaedmalskoanad oacal tkrtawaal. Za`ac satulya yadtu eklnal ik`amumal ofey scaidln . Ofey scaidln aea`ac tkriasum tdleamal ou``ydln yaln iklnfikltardbdsdm, pklaipd`al, oacmal jdtra edrd skskfraln. Iulnmdl, oand ofey scaikrs skoutal ultum fraln yaln ik`amumal ofey scaidln ikrkma iklnalnnap edrdikrkma `kodc oadm eard fraln `adl. Waeaca` skoklarlya, Uucal ikljdptamalialusda dtu eklnal okroanad iajai mk`kodcal eal mkmuralnal. Uktapd,iulnmdl oand ofey scaikrs , ikrkma tdeam iklyaeard mkmuralnal paea edrdikrkma markla sk`a`u okrpdmdr ‐ D—i pkrbkjt ’. Ualpa ofey scaikrs mktacud, kbkm eard ofey scaidln skrdlnma`d ikiouatmfroal ekprksd markla ikrkma huna tdeam dlndl edpalealn calya skok`ac iataf`kc fraln `adl. Oand skskfraln yaln iklna`aid ekprksd ckoat, tam haralnikiouat fraln tkrskout iklnflsuisd foat pklklaln, larmfoa, cdlnna oulucedrd. Uktapd, tam skiua fraln iklncaeapd ou``yal tkrskout eklnal ik`amumalca` skpkrtd dtu. Zkpkrtd ca`lya yaln eda`aid f`kc skfraln prda asa` Dlnnrds okrlaia ZkalF—Ordkl yaln ed`alsdr ed Fmkzflk, Maids 1/3/?714. Eda iklna`aid ofey scaidln mktdma eda iklndmutd skouac pksta. Zaat okraea ed skouac pksta,mkoalyamal fraln amal okrsklaln-sklaln eklnal jara iklard iklndmutd draia`anu. Ca` yaln saia huna ed`amumal f`kc Zkal. Zayalnlya, skskfraln yalntdeam okrtalnnulnhawao ikrkmai mkndatallya dtu eal ikipkria`umallya edsfsda` ikeda.
Body shaming merupakan tindakan mempermalukan seseorang berdasarkan bentuk body shaming dilakukan dengan membuat pernyataan kritis atau mengejek tentang kekurangan tubuh kritis atau ejekan ini ditujukan karena seseorang “terlalu gemuk” atau “terlalu kurus”.Mengomentari secara negatif tentang ukuran atau bentuk tubuh seseorang dapat menyakiti, menyebabkan seseorang merasa harga dirinya rendah, serta menimbulkan gangguan kesehatan dapat dipungkiri bahwa body shaming bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun pelaku body shaming pun tidak memandang usia karena sering kali dilakukan kepada anak usia remaja bahkan orang tua jurnal Translational Behavioral Medicine, body shaming lebih banyak ditunjukkan oleh wanita daripada itu, body shaming lebih sering dilakukan melalui media shaming sering dilontarkan dengan nada bercanda. Meskipun sering kali hanya sedang bercanda, tapi mengejek fisik orang lain bisa merusak mental orang Body ShamingFoto Perempuan Merenung Moms, ini ciri-ciri body shaming yang sering sekali dilakukan tindak Mengkritik Penampilan Diri SendiriBody shaming tidak hanya diungkapkan kepada orang lain. Namun, tindakan body shaming bisa dilakukan terhadap diri ini seperti membandingkan diri sendiri dengan orang Mengkritik Penampilan Orang LainTindakan body shaming ini sering dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Body shaming yang secara tidak sengaja sering dianggap bercandaan oleh tujuannya adalah bercanda atau agar mereka memulai kebiasaan sehat, nyatanya hal ini bisa menimbulkan efek Mengkritik Penampilan Orang Lain Tanpa Sepengetahuan MerekaTindakan ini bisa disebut menyindir dengan membandingkan orang shaming ini bisa memberikan dampak buruk salah satunya membuat seseorang kurang percaya diri di depan peduli bagaimana tindakan body shaming terwujud, sering kali mengarah pada perbandingan dan rasa Moms bahwa body shaming atau menghina fisik seseorang memiliki dampak buruk?Baca Juga 3 Jenis Olahraga yang Bisa Hilangkan DepresiDampak Buruk Body ShamingFoto Ilustrasi Perempuan Frustasi akibat dari tindakan body shaming akan membawa pengaruh negatif kepada korban. Berikut ini dampak buruk dari body Membuat Seseorang Membenci TubuhnyaMenerima hinaan secara fisik dapat membuat orang membenci tubuh sebuah penelitian, mempermalukan fisik akan mengarah pada citra tubuh yang buruk dan harga diri yang akhirnya, orang-orang tidak termotivasi untuk merawat tubuhnya dan merasa tidak percaya diri untuk tampil di depan ini terjadi karena korban merasa malu terhadap bentuk Menyebabkan DepresiPerasaan malu karena tubuhnya bisa menyebabkan depresi dan efek psikologis negatif menunjukkan bahwa diskriminasi dapat meningkatkan depresi dan bahkan memicu pikiran serta perilaku bunuh hanya itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang depresi mengalami kenaikan berat badan lebih cepat daripada mereka yang tidak mengalami Juga Anak Ussy Sulistiawaty Dibully di Medsos, Begini 7 Cara Hadapi Cyberbullying Pada Anak3. Meningkatkan Risiko Sindrom MetabolikSindrom metabolik tidak selalu memperlambat metabolisme tetapi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, lemak perut, dan kadar gula darah menunjukkan bahwa orang yang menerima hinaan terkait berat badan memiliki risiko sindrom metabolik tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak yang mengalami sindrom metabolik rentan terkena penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah Memicu Makan BerlebihanMengutip One Plus, para peneliti menemukan bahwa wanita yang kelebihan berat badan dan kurang memiliki kontrol atas kebiasaan makan dipicu oleh rasa malau yang body shaming menyebabkan kerusakan emosional, serta memicu asupan kalori lebih banyak sehingga menghasilkan penambahan berat badan Kecemasan SosialGangguan kecemasan sosial, juga disebut fobia sosial. Fobia sosial adalah ketakutan jangka panjang dan luar biasa terhadap situasi korban diintimidasi di depan umum, respons alami adalah menghindari menempatkan diri dalam situasi itu dapat berujung pada mengisolasi diri sendiri dan menghindari interaksi Juga Ternyata Kecemasan Berlebih Bisa Jadi Penyebab Diare! Kenali Penyebab Lainnya dan Cara Mencegahnya6. Merasa KesepianFoto Perempuan Sendirian yang terkena body shaming menjadi merasa tidak mendapatkan dukungan dari dalam dirinya dan siapa merasa dirinya memiliki banyak kekurangan karena bentuk tubuh yang Menjadi TertutupAntisosial atau yang kerap disebut ansos sering kali ditujukan untuk orang yang menutup diri dan tidak mau bergaul dengan orang body shaming akan merasakan hal tersebut karena mulai tidak percaya diri dan kesulitan menerima lingkungan baru karena trauma terhadap kritikan yang Menyakiti Diri SendiriSelf-injury adalah perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan secara ini dapat terjadi pada korban body shaming karena merasa dirinya tidak pantas dan malu terhadap bentuk Juga Jangan Anggap Remeh, Kenali 10 Gejala Depresi yang Dapat DialamiCara Mengatasi Body Shaming yang Dilakukan Orang di SekitarFoto Perempuan Cemas Moms pernah mengalami body shaming secara langsung maupun tidak bahwa Moms tidak sendiri dan masih banyak cara untuk untuk mengikuti tips-tips di bawah ini1. Mengganti TopikJika Moms sedang berkumpul atau berbicara dengan seseorang dan mereka melakukan body awal yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan mengganti topik bisa mengalihkan pembicara sehingga mereka akan berhenti mengkritik. Jika mereka tidak berhenti, Moms bisa meninggalkan perkumpulan Setiap Orang UnikPercayalah setiap orang memiliki ciri khas masing-masing, entah kepribadian atau bentuk harus menunjukkan bahwa keunikan yang ada pada diri merupakan kelebihan yang tidak ada pada diri orang Menjadi Diri SendiriJangan mengubah penampilan Moms karena apa yang dikatakan atau dipikirkan orang diri sendiri dan tidak menyalahkan bentuk tubuh yang Moms Moms dipermalukan karena berat badan, pertimbangkan cara sehat untuk mengelola kesehatan fisik dan jangan terlalu memaksakan untuk mengurangi maupun menaikkan berat Juga Sedang Sedih? Dengarkan Saja 10 Lagu Paling Bahagia Di Dunia4. Pergi ke ProfesionalMoms konsultasilah dengan psikolog jika merasa tidak bisa lagi menanggungnya bisa mendapatkan dukungan emosional dan mendapatkan bimbingan sehingga jauh lebih body shaming memberikan dampak buruk yang berbahaya. Mulai sekarang belajar lebih berhati-hati untuk berbicara ya terutama menyangkut fisik pernah berpikir ketika kita mengomentari tubuh seseorang itu adalah cara untuk kita tak pernah tahu bahwa hal itu mungkin saja akan menjadi beban bagi yang menerimanya.
pidato tentang body shaming